Jumat, 26 Maret 2010

sekedar intermezo

Siang itu aku kebetulan ada waktu kosong, sehingga aku dapat sekedar mengunjungi TK tempat aku mengabdi dulu salah satu TK swasta favorit yang mempunyai fasilitas cukup lengkap karena cukup besar untuk ukuran daerah tingkat kabupaten. Untuk mengobati rasa rinduku pada situasi sekolah yang dulu pernah kupakai untuk menghabiskan waktu, untuk menuangkan ide ,untuk menyalurkan bakatku yang selalu mencintai dunia anak, aku masuk kelas. Kelas kelihatan hening sekali, karena penasaran kulihat mereka sedang belajar apa ? Deg........, hatiku dan jantungku berdegup kencang ketika malaikat malaikat kecil yang periang itu sedang asyik mengerjakan hitungan perkalian ? seperti layaknya seorang pealajar SD mereka sibuk berfikir keras, dengan kening mengernyit menandakan mereka sedang serius memikirkan jawaban soal, juga mereka tidak berani bersuara. Tiba tiba hatiku seperti teriris sedih..., ada butiran kecil membasahi pipiku, ada kekwatiran yang tak bertepi dalam sudut hatiku. Why? Kenapa mereka harus begitu terbebani ? Kenapa keceriaan harus sirna dari wajah polos mereka ? kenapa keceriaan tak nampak di wajah mereka yang seharusnya berseri. Aku menghela napas panjang................,belum usai rasa sedihku, tiba tiba aku harus dikagetkan lagi dengan suara bu guru yang masih memberi PR (pekerjaan Rumah ). Oh oh..........., aku bingung ,sungguh bingung untuk menterjemahkan perasaanku yang campur aduk tak karuan. Sebagai seorang guru yang sangat mencintai anak anak kecil sungguh aku tak rela dengan apa yang kulihat siang ini, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya sampai aku pulang ,aku masih terbelenggu oleh pengalamanku siang ini, dan tiba tiba aku merasa sesak napas. Oh ...teman teman guru TK....., tolonglah berilah ruang gerak pada anak anak TK untuk dapat menikmati dunianya. Jangan pasung kreativitas mereka, hanya karena kita ingin mendapat predikat TK yang maju , bagiku ini bukan kemajuan yang dtawarkan tetapi pembunuhan karakter anak. kalau ini tetap berlangsung, aduh kasihan sekali mereka untuk 2 - 4 tahun kedepan. atau untuk periode-periode tahun berikutnya, kalau sudah begitu apa kita masih bisa merasa puas atau bangga ?kalau yang terjadi anak anak yang harusnya dapat kita banggakan sampai mereka mendapat gelar ternyata bermasalah dalam perjalanan menyelesaikan pendidikannya, dan disitu kita juga ikut berperan dan ambil bagian dalam membentuk pribadi yang rapuh, dan...................entalah. (aku bingung).